Azzura Dayana, Jawara IBF 2014

Azzura Dayana atau yang akrab Yana novelis asal Palembang, baru-baru ini menjadi Jawara IBF 2014. Berikut ini wawancara Mbak Yana, yang sengaja admin ambil dari flp.or.id

Selamat ya, atas terpilihnya Altitude 3676 sebagai Fiksi Dewasa Terbaik di IBF 2014, bagaimana perasaannya, pasti senang ya ?
Iya, senang pastinya dan tidak menyangka juga. Karena sebenarnya selain mempunyai kelebihan, novel ini tentunya memiliki kekurangan-kekurangan juga.

Menurut Yana, apa yang membuat novel ini menang? Apa karena idenya yang unik atau settingnya yang bagus?
Kurang tahu juga, karena ketika melihat tipe jurinya yang serius dan senior, seperti salah satunya Pak Ahmadun Yosi Herfanda, saya pikir mereka menyukai bacaan yang serius dan dewasa. Sementara Altitude 3676 kan bergaya remaja. Makanya saya kaget juga ketika mereka memilih novel ini sebagai yang terbaik. Mungkin ketika membaca novel ini, para juri seperti diingatkan kembali pada masa muda mereka. Itu hanya dugaan saya saja sih. Hehehe.
Sejak kapan Yana mulai aktif menulis dan lomba apa yang dimenangkan pertama kali?
Pertama aktif menulis tahun 2000, ketika ikut serta mendirikan Forum Lingkar Pena Sumatera Selatan. Waktu itu ada delapan orang, termasuk di antaranya adalah Kak Koko Nata. Sebenarnya waktu SMA juga sudah suka menulis, tapi ketika bergabung dengan FLP, menulis menjadi kegiatan yang diprioritaskan.  Lomba yang pertama kali dimenangkan adalah Lomba Novel Gema Insani Press tahun 2003, judulnya Alabaster. Novel ini bercerita tentang kehidupan dan petualangan seorang mahasiswa Indonesia di Negeri Kanguru. Settingnya di Canberra dan Adelaide. Kemudian pada 2004, saya mendapat penghargaan terbaik kedua dalam lomba cerpen di ajang Festival Kreativitas Pemuda yang diadakan oleh Creative Writing Institute. Sebenarnya saya jarang menulis cerpen, dan mungkin inilah satu-satunya cerpen paling nyastra yang pernah saya buat. Yang lainnya entah. Hehehe.
Mungkin karena Yana mempunyai napas panjang ya, jadi lebih suka menulis novel?
Mungkin, karena ketika idenya sedang banyak, rasanya kurang puas saat menuliskannya dalam bentuk cerpen. Menulis cerpen itu seperti dipaksa bekerja di ruangan sempit, sedangkan kalau novel kan lebih luas untuk bercerita.
Pernah tidak mengalami deadlock? Apa yang Yana lakukan untuk mengatasinya?
Pasti pernahlah, solusinya, hehehe. Tapi kalau bisa bisa dilanjutkan ya dilanjutkan. Lumayan banyak juga novel-novel yang saya tinggalkan begitu saja. Tidak bisa dilanjutkan lagi. Biasanya karena temanya sudah tidak update lagi. Contohnya, waktu itu saya menulis tentang boomingnya Facebook. Tapi kan sekarang sudah tidak lagi. Jadi ketika deadlock, dan cukup lama, saya tidak bisa melanjutkannya lagi. Sayang sih, tapi mau bagaimana lagi. Jadi sebaiknya kalau menulis itu memang harus diburu untuk selesai dan siap dengan bahan yang lengkap dan matang. Seperti Altitude 3676, sejak awal alur dan plotnya sudah jelas, meski sempat juga mengalami beberapa perubahan dalam proses penuangannya.
Oh iya, bicara tentang Altitude 3676, berapa lama waktu yang Yana perlukan untuk menyelesaikan novel tersebut?
Dua bulan. Ini novel tercepat yang saya selesaikan. Karena saat itu saya belum bekerja, jadi punya banyak waktu luang. Tiap hari saya selalu usahakan untuk menulis. Kebanyakan pada malam hari selepas Isya, sampai tengah malam. Atau pagi hari saat masih fresh.
Apakah novel ini sengaja ditulis untuk diikutkan di lomba Novel Republika ?
Niat awalnya ingin saya terbitkan di penerbit mayor. Tapi ternyata nasib baiknya ada di Lomba Novel Republika. Naskah ini menang sebagai juara kedua lomba tersebut dan diterbitkan dengan judul Tahta Mahameru. Satu tahun kemudian, kontrak buku tersebut selesai. Dikarenakan beberapa alasan, saya tidak melanjutkan kontrak baru di sana dan saya pindahkan ke penerbit Indiva Media Kreasi. Novel ini pun kembali terbit dengan beberapa revisi, termasuk berubah judulnya menjadi Altitude 3676.
Oh ya, denger-denger penghargaan ini Yana persembahkan sebagai kado ulang tahun suaminya ya?  So sweet banget….
Hahaha,  iya baru di tahun ini pemenang IBF Award diberi kesempatan untuk menyampaikan sepatah dua patah kata di atas panggung setelah diberi penghargaan. Saya tidak begitu siap saat itu. Dan ketika saya mengatakan kalau penghargaan ini saya persembahkan untuk suami saya yang kebetulan berulang tahun tepat di tanggal penganugerahan itu, hadirin langsung bertepuk tangan dengan meriah.
Saat ini sedang menulis apa ?
Apa ya, sebenarnya sedang mencari ide sih, makanya setelah menerima penghargaan, kami langsung pergi ke Gunung Papandayan, berharap mendapat ide yang menarik untuk bahan menulis lagi.
Bisakah berikan tips agar kita tetap semangat meski naskah kita ditolak penerbit?
Kalau naskah kita bagus, kita berusaha yakin saja. Insya Allah naskah kita akan menemukan nasib terbaiknya, asal kita mengusahakannya. Ketika naskah ditolak penerbit, respon kita bisa jadi ada dua. Yang pertama, kalau yakin bagus—bukan sekadar kepedean saja tapinya ya, mesti benar-benar terbukti berkualitas—coba tawarkan ke penerbit lain. Tapi jika merasa naskah kita kurang bagus, kita harus mencari orang-orang yang tepat untuk dimintai kritik dan saran. Setelah itu, lakukan revisi secara maksimal.
Siapa sih penulis favorit Yana ?
Dari kalangan FLP, sejak dulu saya memfavoritkan Teh Muthmainnah, penulis Pingkan. Untuk penulis luar negeri, yang saya sukai adalah Dan Brown.
Oh iya, dengar-dengan Altitude 36876, sedang dijajaki untuk dijadikan film, ya? Sudah sampai mana prosesnya.
Waduh, saya belum tahu banyak, ya, jadi belum bisa berkata banyak juga. Kesempatan untuk Akan tetapi tak bisa dimungkiri, saya juga memikirkan nasib baik Mahameru alias Semeru. Sekarang gunung tersebut menjadi komersil sekali. Kondisi alamnya juga mulai mengkhawatirkan. Kita perbaiki dulu Semeru dan etika para pengunjungnya terhadap alam, itu yang terpenting. Kesempatan untuk melayarlebarkan novel ini tentu ada. Tapi seperti yang saya katakan tadi di atas, kita lihat saja nasib terbaik untuk novel ini, atas ikhtiar kita dan atas izin Allah tentunya.

Sumber: http://flp.or.id/index.php/2014/03/13/azzura-dayana-pemenang-fiksi-dewasa-terbaik-ibf-2014/

0 Response to "Azzura Dayana, Jawara IBF 2014"

Posting Komentar