Bangkit dari Keterpurukan

Oleh:Sirajuddin Putra

 Setiap manusia pasti pernah mengalami musibah ataupun masa-masa sulit
yang membuatnya jatuh dan terpuruk. Hal ini memang sudah menjadi garis kehidupan. Namun, kita tidak harus terus-terus terpuruk dalam musibah ataupun masa sulit yang melanda diri kita. Berikut beberapa langkah untuk dapat bangkit dari keterpurukan.
1. Yakin

“maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (QS. Alam Nasyrah : 7-8)

Sebenarnya ayat di atasmerupakan terapi islam dalam kegalauan hidup yang dialami oleh seseorang. Terapi islam yang dimaksud adalah keyakinan akan pertolongan Allah, bahwa Allah SWT akan senantiasa menolong hamba-Nya yang beriman dan selalu menegakkan kebenaran. Meskipun dalam pelaksanaannya, tidak sedikit kendala yang dihadapi, hingga yang mengancam keselamatan jiwanya. Jadi memang, dalam segala musibah apapun yang menimpa, kita harus bisa merasa yakin bahwa hal itu hanyalah bagian dari ujian yang Allah berikan untuk membuat kita lebih dewasa dalam menyikapi berbagai macam hal. Dan manakala kita merasa yakin kepada Allah bahwa segala kesusahan kita akan terbayar, maka niscaya akan ada jalan keluar dan kesusahan yang kita hadapi.

2. Optimis
Keyakinan pun akan melahirkan sikap optimis. Karena sikap optimis lahir manakala ada motivasi yang kuat dalam jiwa. Sedangkan motivasi ini bersendikan keyakinan. Karena itu, optimisme akan memupuk keyakinan, dan keyakinan akan membuahkan sikap optimis. Sikap optimis ini sangat pentig untuk menyongsong hari esok yang lebih cerah. Tanpa sikap optimis, boleh jadi perjuangan untuk meraih masa depan yang gemilang akan gagal dan kandas di tengah jalan. Tapi dengan sikap optimis ini meskipun mengalami kegagalan dan jatuh bangun, kita akan mampu bangkit dan bangkit lagi.
Bukankah hidup ini trial and error, mencoba dan mencoba? Atau kegagalan itu dijadikan pengalaman yang berharga untuk lebih waspada dalam meraih cita-cita. Bukankah pengalaman itu guru yang terbaik? Bbukankah kegagalan itu adalah kesuksesan yang tertunda? Dengan sikap seperti ini, kita akan memiliki tenaga, selalu optimis, dan tidak pernah putus asa dalam meraih cita-cita. Memang Allah SWT melarang hamba-Nya untuk berputus asa, dan hal ini termasuk perbuatan dosa. Sebagaimana firman-Nya:

“Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar : 53)

3. Berusaha
Harapan tinggal lamunan dan angan-angan hanyalah impian, apabila tidak disertai dengan perbuatan. Memang keyakinan dan optimism saja tidak cukup untuk meraih cita-cita, tetapi harus di tindaklanjuti dengan usaha nyata. Dengan demikian, berusaha adalah suatu kemestian dan keniscayaan dalam mengejar cit-cita dan hari esok yang lebih cerah. Tidak ada rezki yang turun sendiri dari langit tanpa dicari. Kendati rerzki itu sudah diatur dan dibagi-bagi oleh Sang Maha Pencipta. Karena islam membenci sifat malas dan hanya berharapa belas kasihan dan uluran tangan orang lain.
Islam sangat menekankan kewajiban berusaha. Bahkan setelah beribadah, kita diperintahkan untuk bertebaran di muka bumi untuk mencari kasab (penghasilan) (QS. Al-Jumuah :10) jadi lebih baik berusaha tapi gagal, daripada tidk melakukan apapun sama sekali.

4. Berorientasi pada masa depan
Dalam berusaha kita tidak boleh terjebak dalam rutinitas, karena pada gilirannya akan menimbulkan kejenuhan dan kebosanan sehingga nantinya akan mengakibatkan rendahnya kualitas dan menurunnya produktivitas kerja. Oleh karena itu, dalam bekerja/berusaha kita harus berorientasi pada masa depan. Dengan demikian, kita harus menetapkan target dan tujuan yang hendak kita capai. Hal ini memerlukan perencanaan yang matang, serta visi dan misi yang jelas.

5. Bertawakkal pada Allah
Manusia hanya diwajibkan berusaha, sementara yang menentukan hasil akhirnya adalah Allah SWT. Dialah yang Maha Tahu tentang keadaan dan masa depan kita. Karenanya, apapun yang telah di putuskan oleh Allah, maka itulah keputusan yang terbaik untuk kta di sisi Allah SWT. Tinggal bagaimana kita bisa menerimanya dan mampu menarik pelajaran dari semua yang terjadi. Inilah sifat tawakkal yang mesti dikembangkan. Tawakkal adalah sikap mental yang menerima sepenuh hati dan lapang dada atas semua keputusan Allah yang menimpa diri kita. Sehingga apapun yang terjadi, meskipun terasa pahit, kita tidak boleh meratapi apalagi sampai menyalahkan dan berprasangka buruk terhadap Allah. Sikap tawakkal ini ada setelah kita berusaha sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk meraih cita-cita.

6. Sabar dan Do’a
Tidak semua yang diusahakan akan membuahkan hasil sebagaimana yang kita harapkan. Terkadang dari usaha itu bukan manis yang kita dapatkan, melainkan pahit yang dirasa. Sehingga boleh jadi akan menimbulkan masalah dan menyurutkan semangat. Maka pada kondisi seperti ini kita harus mampu bersabar. Sabar adalah sikap mental yang menerima apapun hasil yang diperoleh sambil berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkannya. Jadi, sabar yang di kehendaki adalah sabar “aktif”, bukan pasif. Karena bila pasif berarti hanya berdiam diri menerima kenyataan. Dalam menyongsong masa depan, selain kesabaran, juga di perlukan do’a. maksudnya kita memohon kepada Allah agar di luluskan segala keinginan. Doa ini sangat penting dan berperan dalam mengusung kesuksesan, karena paling tidak, akan mempertebal keimanan dan keyakinan atas keberhasilan, selain apa yang kita usahakan mendapat ridha dan perkenaan di sisi Allah SWT.

Sumber: http://penulis165.esq-news.com/2012/artikel/10/12/bangkit-dari-keterpurukan.html

0 Response to "Bangkit dari Keterpurukan"

Posting Komentar