Hanya Satu

15 Juli 2013 pukul 9:39
Fahry Alamsyah

 foto: imo2.thejakartapost.comn
     Tutur kata itu sempat mengalihkan perhatianku, sempat mengambil separuh jati diriku. Entah dari mana asalnya sehinggah mampu membuatku tak berdaya, dialah makhluk yang paling unik selama iniku kenal, parasnya yang indah, tutur katanya, matanya, hingga akhlaknya bagaikan mutiara di antara pasir. suci merekah membawa cinta dalam lautan, tak mudah hilang dalam ingatan, sungguh dia selalu menjadi penyihir dalam hidupku tak mampu ku redam, tak sanggupku hilangkan.

Katanya Cinta yang dia miliki tulus hanya untukku, hanya milikku untuk seorang dari sekarang dan kedepannya nanti, ada tebaran rasa disana tak dapatku menahan, ada debaran rindu tak bisa ku lerai, tapi semuanya berubah aku terluka-terluka, dan menghentikan detak jantungku beberapa saat,  tatkala ia berkata.

   "Ada lelaki yang sudah melamarku, Mo." aku diam, ada getaran yang luar biasa dalam dada.

   "Lalu bagaimana dengan hubungan kita, Mil?" ucapku setelah terdiam cukup lama, dia tidak langsung menjawab. kulirik kedua matanya yang bening itu, berkaca-kaca.

    "Entahlah aku juga tidak bisa berbuat apa-apa? orang tuaku yang menjodohkanku secara diam-diam."

     "Kau terima lamaran lelaki itu?"

      "Terpaksa, Mo! demi orang tua." aku berdiri dari tempat duduk, ku terawang pandangan ke depan, apakah ini akhir cintaku padanya, apakah ini jalan cerita nan suci, harus kandas begitu saja.

       "Maafkan aku Mo, hubungan kita harus berakhir!" ucapnya, sungguh sepertinya langit sedang jatuh menimpa kepalaku tatkala ia mengucapkan kata-kata itu.

       "Mil, apakah kau tidak mau meyakinkan orang tuamu kalau ada lelaki yang sangat mencintaimu dan kau pun mencintainya lalu kau bilang pada orang tuamu bahwa lelaki itu akan datang melamarmu,Mil aku akan melamarmu secepat mungkin, jika kau memutuskan untuk menolak lamaran lelaki itu." jelasku, dia hanya diam.

       "Sulit Mo, sulit! Aku sudah berusaha menolak, tapi orang tuaku yang bersikeras menjodohkan aku dengan lelaki itu." aku diam, sebenarnya aku pasrah jika dia memang memilih lelaki itu, tapi hanya satu yang akan kupinta padanya, ah aku tidak boleh berpikir macam-macam. Tapi ini harusku ungkapkan, sebagai ungkapan dan permintaan terakhirku kepadanya, aku kembali duduk di sampingnya.

       "Mil." ucapku, aku meraih kedua tangannya, kutatap wajahnya yang sudah terhanyut dalam kesedihan itu.

      "Aku merelakan jika kau harus bersamanya, demi orang tuamu dan demi kebahagiaanmu, tapi Mil hanya satu, hanya satu pintaku padamu." aku menghentikan kata-kataku.

"Hanya satu apa Mo, apa pintamu?" sungguh aku tak sanggup menyatakan semua ini padanya dan pastilah permintaanku ini sangat menyakitkan hatinya.

      "Mo ayo ungkapkan permintaan terakhirmu."

     "Hanya satu permintaanku, Mil. Tolong kau kembalikan semua perhiasan, baju, sepatu dan semua yang telah aku berikan kepadamu!" dia menegakkan kepalanya yang dari tadi tertunduk.

       "Tidak! ini tidak adil Mo!" ucapnya.

       "Lho kenapa kamu merasa ini tidak adil?"

       "Ini tidak adil, aku bisa saja mengembalikan perhiasan dan semua barang yang telah kau berikan kepadaku. tapi apakah kau bisa mengembalikan keperawananku yang telah aku berikan kepadamu!"

       "!@$^&())&^"

Selesai (*)

Sumber: Catatan Fahry Alamsyah on Facebook

0 Response to "Hanya Satu"

Posting Komentar