DONGENG: Penyaring Mimpi Toto Tapir


Oleh: Ernita Dietjeria

      Penyihir itu memburu Toto Tapir sambil menunggangi seekor burung unta.
Tawanya melengking. Secepat kilat, ia mengayunkan seutas tali laso.
       SLAAAP!

    Toto Tapir tersentak. Ia jatuh. Tapi laso melingkar erat di tubuhnya. Si penyihir melompat dari atas punggung untanya dan mendarat tepat di samping Toto.
   "Sekarang kau milikku," Seringainya.
   "Tidak! Tidak!" Toto meronta sekuat tenaga. Nafasnya memburu. Sepasang kakinya menendang-nendang liar.
"Toto!Toto!" Mama Tapir menepuk lembut pipinya. Toto terbangun. Jantungnya berdegub kencang. Dahinya basah keringat .
    "Kamu mimpi buruk, Sayang," kata Mama Tapir sambil mengusap dahinya. Toto mengangguk lesu. Tenggorokkannya terasa kering. Sebenarnya Toto Tapir tidak keberatan bermimpi seperti itu setiap malam. Menurut Mama Tapir mimpi adalah bunga tidur , kata Papa Tapir mimpi adalah keinginan yang belum tercapai. Sayangnya mimpi Tidak selalu indah. Ia kadang bermimpi tentang pelangi warna-warni dan hal-hal menakjubkan. Namun ia juga bermimpi tentang pohon-pohon hitam, topan badai, dan makhluk-makhluk aneh.
     Setiap mimpi buruk datang, Toto selalu terbangun dan sulit tidur kembali. Di kelas, kadang-kadang ia mengantuk hingga konsentrasinya terganggu. Ibu Inne Gelatik, gurunya yang baik hati, memahami masalah Toto. Begitupun Mama Tapir dan Papa Tapir. Mereka pernah membawa Toto kerumah tante Winni Kelinci, psikolog yang ramah dan berwajah lucu. Tante Winni Kelinci memberi nasihat agar toto tidak bermimpi buruk  lagi. Namun sampai sekarang, mimpi buruk Toto tidak hilang juga.
    "Ma, apa ada obat untuk menghilangkan mimpi buruk?" Tanya Toto suatu hari.
Mama Tapir yang sedang bersiap memasak gulai untuk makan malam, cuma tersenyum. "Mungkin puding ini dapat mencegah mimpi burukmu datang lagi," katanya sambil menyodorkan sepotong puding karamel kepada Toto.
      Toto Tapir diam saja. Ia tidak berselera makan puding. Ia bertopang dagu dengan kedua tangannya. Sambil terkantuk-kantuk karena kurang tidur, ia melihat Mama memeras kelapa parut.
     Mama Tapir bergerak cekatan. Ia meletakkan sebuah saringan plastik di atass mangkuk kaca. Tepat di atas saringan, ia memeras kelapa parut hingga santannya keluar.
     Tes.Tes.Tes.
  Santan menetes melalui saringan ke dalam mangkuk kaca. Kini cuma ampass kelapa yang tertinggal di dalam saringan.
  Toto Tapir menelengkan kepalanya, Kantuknya sudah hilang.

  "Mmm...coba saringan itu bisa menyaring mimpiku," katanya pelan.
Mama Tapir tertawa geli. "Saringan ini terlalu kecil untuk menyaring mimpimu,Toto."
Sejenak Toto diam sambil berpikir. "Aha! Aku punya ide, Ma!" Ia melompat dari kursi dan berlari mendapatkan Papa Tapir yang sedang membaca koran di ruangan keluarga.
   "Papa!" Teriaknya penuh semangat. "Temani aku kepasar Tapir, ya."
   "Memangnya kamu mau beli apa?" tanya Papa heran.
    "Kelambu," jawab Toto mantap. Papa Tapir dan Toto lalu pergi ke pasar. Setibanya dirumah lagi, Toto bergegas menuju kamar tidurnya. Sambil menenteng kelambu lipat yang baru mereka beli, ia berseru, "Ayo, Pa, kita pasang kelambu ini."
  Kelambu itu memiliki jaring-jaring kasar. "Seperti saringan santan milik Mama, "kata Toto pada Mama yang melongok kebingungan dari balik pintu kamar.
     Tak lama kemudian, ranjang Toto tampak sudah ditudungi oleh sebuah kelambu  "Untuk apa sih kelambu ini?" tanya Mama Tapir kebinggungan. "Kan dikamar kamu tidak ada nyamuk."
   "Kelambu ini akan menyaring mimpiku. Seperti saringan Mama yang bisa menyaring santan," jawab Toto.
  Mama menatap Papa sambil mengeleng-gelengkan  kepalanya. Papa membalas dengan senyuman.
   "Kita lihat saja nanti siapa tahu ide, Toto memang hebat!" bisik Papa Tapir. Toto berbaring di atas ranjang. Kelambu berjaring-jaring menudunginya. Ia merasa nyaman dan tenang. Bayangan ranting pohon yang bergerak-gerak di balik jendela tidak lagi menakutkan. Bunyi cicak yang merayap di dinding tidak lagi menganggunya. Ia bahkan tidak peduli pada kolong ranjang yang gelap dan bayang hitam yang tercetak di dinding kamar.
    Toto Tapir tersenyum puas. Ia percaya, kelambu penyaring mimpi akan melindungi tidurnya. Perlahan matanya pun tertutup.
      Tak lama, mimpi-mimpinya melayang turun dari balik langit-langit kamar. warnanya bermacam-macam. Mereka membawa kisah muram dan gembira yang akan mereka bagikan pada anak-anak yang sedang tidur.
    "Aku akan bercerita tentang monster jahat bermata tiga, Toto," ancam mimpi kelabu.
    "Dengarlah ceritaku tentang naga merah yang membeci anak-anak tapir," bisik mimpi itam.
    "Aku akan bercerita tentang seekor panda yang baik hati," kata mimpi kuning dengan riang.
     "Toto pernahkah kau mendengar kisah ksatria kecil yang pernah menolong hewan-hewan kecil yang ada di hutan?" mimpi putih pun tersenyum lembut.
   Mimpi-mimpi itu terus melayang hingga turun menyentuh kelambu.
TRAAAP! TRAAAP!
Mimpi kelabu dan hitam terperangkap dalam sela jaring kelambu.
  "Aduh! Apa-apaan ini?!" mimpi Kelabu terkejut.
  "Kita terperangkap! Sial! sial!" Jerit mimpi hitam.
     Kedua mimpi itu meronta-ronta dalam cengkeraman jaring kelambu. Sedangkan mimpi kuning dan putih meluncur bebas tanpa halangan.
   "Tolong!" seru Mimpi kelabu dan Mimpi Hitam serentak tapi sia-sia. Kedua mimpi buruk itu kemudian sirna di balik langit-langit kamar.
     Mimpi Kuning dan Mimpi Putih tertawa geli melihat kejadiaan tadi barusan. Mereka melihat Toto dengan penuh kasih. Bergiliran mereka berkisah tentang cerita lucu dan seru kepada Toto yang tertidur nyenyak.
     Keesokan pagi, Toto Tapir bangun dengan tubuh segar. Ia tertawa geli mengingat mimpinya semalam. Sambil bersenandung riang ia membereskan tempat tidurnya. Pagi terasa cerah. Semangatnya berkali lipat. Sebelum bergegas mandi, ia menatap kelambu penyaring mimpi dan berkata, "Terima kasih sudah menjaga tidurku." (*)

Sumber: Majalah Bobo edisi ke 31

0 Response to "DONGENG: Penyaring Mimpi Toto Tapir"

Posting Komentar